Minggu, 20 April 2014

Etika Profesi Welder (Juru Las)


Dunia industri yang terus berkembang seiring waktu, menyerap tenaga kerja yang sangat banyak. Ini berarti peluang kerja terbuka luas, meskipun kita dihadapkan pada kenyataan banyaknya pengangguran yang ada di Indonesia, terutama di kota besar seperti Jakarta.
Welder (juru las) adalah satu dari sekian banyak profesi yang ada. Tugas utama seorang welder adalah menyambung, biasanya media yang disambung adalah logam/metal, bisa berupa besi, stainless, alumunium, tembaga, kuningan dan lain - lain. Seorang welder juga harus memiliki skill / ketrampilan mengelas yang baik adapun proses pengelasan yang dipakai SMAW, FCAW dan MIG.
Shielded metal arc welding (SMAW) adalah proses pengelasan dengan mencairkan material dasar yang menggunakan panas dari listrik antara penutup metal (elektroda). SMAW merupakan pekerjaan manual dengan peralatan meliputi power source, kabel elektroda, kabel kerja (work cable), electrode holder,work clamp, dan elektroda. Elektroda dan system kerja adalah bagian dari rangkaian listrik.
Flux cored arc welding (FCAW) merupakan las busur listrik fluk inti tengah / pelindung inti tengah. FCAW merupakan kombinasi antara proses SMAW, GMAW dan SAW. Sumber energi pengelasan yaitu dengan menggunakan arus listrik AC atau DC dari pembangkit listrik atau melalui trafo dan atau rectifier. FCAW adalah salah satu jenis las listrik yang memasok filler elektroda secara mekanis terus ke dalam busur listrik yang terbentuk di antara ujung filler elektroda dan metal induk.
Metal inert gas (MIG) adalah juga las busur listrik dimana panas yang ditimbulkan oleh busur listrik antara ujung elektroda dan bahan dasar, karena adanya arus listrik. Pengelasan MIG secara luas digunakan setiap kali dibutuhkan peleburan/penyatuan logam dengan kecepatan tinggi dan sedang.
 Project yang biasa dikerjaan oleh welder berupa kontruksi bangunan, kapal pesiar, jembatan, pembuatan tangki, instalasi pipa dsb. Selain dituntut sehat dari segi fisiknya, Dua hal ini menjadi penting dan saling mendukung, karena pada prakteknya ketrampilan mengelas saja tidak cukup, kalau tidak didukung fisik yang prima, karena pekerjaan seorang welder memang cukup menguras tenaga. Pekerjaan yang paling sering membutuhkan tenaga extra adalah pada posisi - posisi sulit saat pengelasan harus dilakukan, misalnya pada posisi di ketinggian, pada posisi yang sempit dan lain - lain. Meskipun banyak menguras tenaga dan banyak tantangan yang harus dihadapi, tapi
Seorang welder mampu melaksanakan tugas-tugasnya seperti : 
·         Memahami dan menghayati ilmu pengetahuan dan teknologi bahan, pengelasan, desain, fabrikasi, konstruksi dan inspeksi las.
·         Merencanakan dan menetapkan konstruksi perakitan las, prosedur las, proses las dan bahan las.
·         Merencanakan dan menetapkan Kualifikasi Juru Las dan Operator Las yang melaksanakan pekerjaan las.
Merencanakan dan menetapkan Jenis Inspeksi dan uji rakitan las yang disyaratkan serta kriteria keberterimaannya.
·         Menganalisa dan memecahkan problem-problem pengelasan.
·         Melakukan review design, contract dan subcontract dalam bidang pengelasan.
 Mengoptimalkan biaya yang ditimbulkan oleh pekerjaan pengelasan.
Tidak semua juru las mahir di semua posisi, posisi di bawah tangan (down hand) merupakan posisi yang paling mudah untuk dilakukan, namun ketika mengelas pipa logam dengan posisi miring akan sangat sulit dilakukan. Juru las yang dapat melakukan pengelasan ini adalah juru las kelas satu yang dilengkapi dengan sertifikat standar internasional.
Dalam dunia industri posisi las diberi kode tertentu agar pada saat pengelasan dilakukan tidak terjadi kekeliruan menentukan juru las dan prosedur pengelasan. Ada dua sistim pengkodean yang banyak dikenal, yaitu sistim yang ditetapkan oleh American Welding Society (AWS) dan sistim International Standard Organisation (ISO).
Berdasarkan kode yang ditetapkan oleh AWS, posisi las dikaitkan pada jenis teknik sambungan las, jika sambungan berkampuh (groove) maka kode posisinya dengan huruf G, untuk posisi down-hand 1G, horisontal 2G, vertikal 3G, over-head 4G, pipa dengan sumbu horisontal 5G, dan pipa miring 45° 6G. Jika sambungan las tidak berkampuh/tumpul (fillet) maka kodenya adalah F, untuk posisi down-hand 1F, horisontal 2F, vertikal 3F, dan over-head 4F.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar