ASAS-ASAS
PENGETAHUAN LINGKUNGAN
Latar Belakang
Pengetahuan
manusia terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, untuk
itu dibutuhkan penggalian ilmu secara terus menerus, sehingga diperlukan daya
cipta, daya khayal, keinginan tahu manusia dan inisiatif.
Ilmu
Lingkungan merupakan salah satu ilmu yang mengintegrasikan berbagai ilmu yang
mempelajari jasad hidup (termasuk manusia) dengan lingkungannya, antara lain
dari aspek sosial, ekonomi, kesehatan, pertanian, sehingga ilmu ini dapat dikatakan
sebagai suatu poros, tempat berbagai asas dan konsep berbagai ilmu yang saling
terkait satu sama lain untuk mengatasi masalah hubungan antara jasad hidup dengan lingkungannya.
Asas di
dalam suatu ilmu yang sudah berkembang digunakan sebagai landasan yang kokoh
dan kuat untuk mendapatkan hasil, teori dan model seperti pada ilmu lingkungan.
Untuk menyajikan asas dasar ini dilakukan dengan mengemukakan kerangka
teorinya terlebih dahulu, kemudian setelah dipahami pola dan organisasi
pemikirannya baru dikemukakan fakta-fakta yang mendukung dan didukung, sehingga
asas-asas disini sebenarnya merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan
tidak dapat dipisahkan satu sama lain (sesuai dengan urutan logikanya).
Setiap makhluk, apa pun macamnya, hanya dapat hidup dalam
suatu lingkungan yang kondisinya baik, atau paling tidak masih dalam rentang
kisaran toleransinya. Individu-individu suatu populasi makhluk hidup biasanya
akan didapatkan di tempat-tempat yang berkondisi optimum atau sekitar optimum
untuk berbagai faktor lingkungan. Sebaliknya, individu akan sangat jarang
ditemukan di tempat-tempat marginal, yaitu yang kondisinya buruk atau mendekati
batas-batas kondisi yang dapat ditolerir.
Study Pustaka
Pengetahuan lingkungan (environmental science) merupakan ilmu
yang relatif muda. Kelahirannya sangat dipacu oleh kekhawatiran akan terjadinya
krisis lingkungan dan urgensi diperlukannya landasan pengetahuan yang memadai
untuk melengkapi keperluan pendidikan lingkungan. Pendekatan dalam pengetahuan
lingkungan bersifat multidisipliner dan interdisipliner, karena ilmu ini
mengintegrasikan beberapa cabang ilmu mengenai perikehidupan manusia serta
kaitannya dengan berbagai aspek lingkungan masyarakat (mis. sosiologi, ekonomi,
seni-budaya, politik, antropologi, pertanian-perikanan-kehutanan, rekayasa,
planologi, ilmu manajemen, matematika, geologi, biologi, kimia dan fisika).
Asas-asas utama yang digunakan sebagai landasan aspek keterkaitan, hubungan
pengaruh-mempengaruhi dan kesaling-bergantungan antara manusia dengan lingkungan
sosial, alami, ekonomi atau pun budayanya, adalah asas-asas ekologi.
Tiga tujuan utama dari Pengetahuan Lingkungan adalah
untuk:
1.
Memberikan pemahaman mengenai konsep-konsep dasar tentang
manusia dan lingkungannya.
2.
Memberikan dasar-dasar kemampuan untuk melakukan analisis
mengenai permasalahan lingkungan aktual baik yang terjadi di tingkat lokal,
regional ataupun global; dan
3.
Memberikan contoh-contoh solusi alternatif tentang
bagaimana mengatasi permasalahan lingkungan melalui pendekatan ekologis dan
penerapan teknologis.
Studi Kasus
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas
manusia. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah.
Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap
barang atau material yang kita gunakan sehari-hari.
Peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup sangat
berpengaruh pada volume sampah. Dari Data menunjukan bahwa
kota Bandung setiap harinya menghasilkan sampah sebanyak 8.418 m3 dan hanya
bisa terlayani sekitar 65% dan sisanya tidak bisa diolah.
Permasalahan
pengelolaan sampah di kota Bandung
Sampai saat ini pemerintah daerah kota Bandung masih
terus berinovasi mencari solusi menangani permasalahan sampah. Permasalahan
yang dapat menyebabkan Bandung kota sampah antara lain:
a. Kesadaran
masyarakat Bandung yang masih rendah sehingga, dengan tingkat kesadaran
tersebut memberikan dampak yang indikatornya adalah produksi sampah kota
Bandung terus meningkat dari 7500M3/hari menjadi 8418M3/hari.
b. Kemampuan
pelayanan PD kebersihan kota Bandung yang terbatas. Kemampuan pelayanan
penangganan sampah sampai saat ini oleh PD kebersihan masih belum optimal, hal
tersebut terbukti lembaga ini hanya dapat melayani pengelolaan sampah hanya
sekitar 65%.
c. Sampah
organik merupakan komposisi terbesar dari sampah kota Bandung. Permasalahan
yang terjadi sampah yang dibuang masyarakat tidak memisahkan antara sampah
organik dan non organik.Hal tersebut menyebabkan pengelolaan sampah menjadi
lebih sulit dan tidak efesien.
d. Lahan TPA
yang terbatas. Luas daerah kota Bandung 16730 ha, hal tersebut menyebabkan
tempat penampung sampah akhir yang berada di kota Bandung sangat terbatas. Hal
tersebut mengakibatkan lokasi penampung harus ekspansi melalui kerja sama
dengan pemerintahan daerah tetangganya. Permasalahan koordinasi merupakan
permasalahan utama, apalagi kalau ada konflik dimasyarakat.
e. Penegakan
hukum (law inforcement) tidak konsisten. Pemerintah kota Bandung dan
DPRD kota Bandung telah mengeluarkan kebijakan yaitu Undang-undang No 11 tahun
2005: perubahan UU No 03 tahun 2005 Tentang penyelenggaraan ketertiban,
kebersihan dan keindahan. Pada undang-undang tersebut diatur mengenai
pengelolaan sampah dan sanksi-sanksi bagi masyarakat yang melanggarnya. Akan
tetapi undang-undang tersebut tidak dilaksanakan tidak konsisten.
Alternatif
Pengelolaan Sampah
Untuk menangani permasalahan sampah secara menyeluruh
perlu dilakukan alternatif-alternatif pengelolaan. Landfill bukan merupakan
alternatif yang sesuai, karena landfill tidak berkelanjutan dan menimbulkan
masalah lingkungan.
Daripada mengasumsikan bahwa masyarakat akan
menghasilkan jumlah sampah yang terus meningkat, minimisasi sampah harus
dijadikan prioritas utama. Sampah yang dibuang harus dipilah, sehingga tiap
bagian dapat dikomposkan atau didaur-ulang secara optimal, daripada dibuang ke
sistem pembuangan limbah yang tercampur seperti yang ada saat ini. Dan
industri-industri harus mendesain ulang produk-produk mereka untuk memudahkan
proses daur-ulang produk tersebut. Prinsip ini berlaku untuk semua jenis dan
alur sampah. Pembuangan sampah yang tercampur merusak dan mengurangi nilai dari
material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi. Bahan-bahan organik dapat
mengkontaminasi atau mencemari bahan-bahan yang mungkin masih bisa di daur ulang
dan racun dapat menghancurkan kegunaan dari keduanya. Sebagai tambahan, suatu
porsi peningkatan alur limbah yang berasal dari produk-produk sintetis dan
produk-produk yang tidak dirancang untuk mudah didaur-ulang maka perlu dirancang
ulang agar sesuai dengan sistem daur-ulang atau tahapan penghapusan penggunaannya.
Program-program sampah kota harus disesuaikan dengan
kondisi setempat agar berhasil, dan tidak mungkin dibuat sama dengan kota
lainnya. Terutama program-program di negara-negara berkembang seharusnya tidak
begitu saja mengikuti pola program yang telah berhasil dilakukan di
negara-negara maju, mengingat perbedaan kondisi-kondisi fisik, ekonomi, hukum
dan budaya. Khususnya sektor informal (tukang sampah atau pemulung) merupakan
suatu komponen penting dalam sistem penanganan sampah yang ada saat ini, dan
peningkatan kinerja mereka harus menjadi komponen utama dalam sistem penanganan
sampah di negara berkembang. Salah satu contoh sukses adalah zabbaleen di
Kairo, yang telah berhasil membuat suatu sistem pengumpulan dan daur-ulang
sampah yang mampu mengubah/memanfaatkan 85 persen sampah yang terkumpul dan
mempekerjakan 40,000 orang.
Secara umum, di negara Utara atau di negara Selatan,
sistem untuk penanganan sampah organik merupakan komponen-komponen terpenting
dari suatu sistem penanganan sampah kota. Sampah-sampah organik seharusnya
dijadikan kompos, vermi-kompos (pengomposan dengan cacing) atau dijadikan
makanan ternak untuk mengembalikan nutirisi-nutrisi yang ada ke tanah. Hal ini
menjamin bahwa bahan-bahan yang masih bisa didaur-ulang tidak terkontaminasi,
yang juga merupakan kunci ekonomis dari suatu alternatif pemanfaatan sampah.
Daur-ulang sampah menciptakan lebih banyak pekerjaan per ton sampah
dibandingkan dengan kegiatan lain, dan menghasilkan suatu aliran material yang
dapat mensuplai industri.
SUMBER: Kelompok 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar